Asia Tenggara sebagai Peradaban

Pendahuluan: Asia Tenggara sebagai Peradaban

14 April 2025

Pendahuluan: Asia Tenggara sebagai Peradaban
  1. Asia Tenggara merupakan kawasan yang selalu dianggap pinggiran, tidak memiliki identitas otentik, dan hanya menyerap pengaruh peradaban-peradaban besar dunia: India, Cina, Timur Tengah, dan Barat.
  2. Lebih spesifik lagi, sejarawan legendaris Inggris Arnold Toynbee, diikuti oleh sejumlah sarjana belakangan, menyebut Asia Tenggara sebagai "peradaban satelit", yaitu sebuah peradaban kecil yang selalu di bawah pengaruh peradaban besar di sekitarnya.
  3. Banyak teori atau konsep yang pernah dirumuskan oleh para pemikir dari berbagai perspektif dan disiplin ilmu, yang menjadi landasan tentang apa yang dimaksud sebagai peradaban.
  4. Emile Durkheim dan Marcel Mauss mendefinisikan peradaban sebagai "supra-budaya", yang menyatukan dan memberi identitas kumpulan budaya-budaya dalam kawasan yang sangat luas dan jangka waktu yang sangat panjang. Definisi ini sesui untuk menggambarkan karakter Asia Tenggara sebagai sebuah peradaban.
  5. Paul Mus meletakkan fondasi kajian ilmiah yang menyatakan bahwa masyarakat Asia Tenggara adalah penduduk kawasan "selendang Muson" yang membentang dari kawasan India Timur/Utara hingga Cina Selatan. Masyarakat ini sudah memiliki struktur yang mapan dalam hal agama, poltik dan sosial, sejak sebelum bangsa Aria bermigrasi ke kawasan India utara, dan sebelum bangsa Cina dari kawasan lembang Sungai Kuning bermigrasi ke kawasan selatan. Ketika bangsa Aria bermigrasi ke Indi Utara dan membangun peradaban India (Sanskerta/Hindu/Buddha) dan ketika leluhur bangsa Cina bermigrasi ke selatan, mereka menyerap budaya masyarakat Asia Tenggara kuno yang sudah ada di sana.Pada era-era berikutnya, ketika peradaban India dan Cina sudah berkembang, masyarakat Asia Tenggara mulai mengadopsi pengaruh kedua peradaban besar tersebut bukan sebagai pengaruh asing melainkan karena mereka melihat ada elemen-elemen yang sama dengan budaya mereka dalam dua peradaban besar tersebut. 
  6. Kajian empirik kontemporer membuktikan bahwa sekitar empat persen kosakata bahasa Sanskerta merupakan serapan dari bahasa Asia Tenggara kuno. Sementara kajian arkeologi genetik membuktikan bahwa para penghuni kawasan lembah Sungai Yangtse di Cina selatan ribuan tahun lalu--yang sudah mampu membangun kehidupan urban meskipun tanpa sistem tulisan dan tanpa metalurgi--memiliki DNA Haplogroup O3 yang sama dengan masyarakat Asia Tenggara modern.
  7. Keberhasilan masyarakat Asia Tenggara mengadopsi dan melokalisasi pengaruh peradaban India dan Cina, tanpa kehilangan elemen-elemen dasar sistem agama, politik, sosial, dan ekonomi yang asli, membuat mereka melakukan hal yang sama ketika pengaruh Timur Tengah dan Barat sampai ke kawasan ini. 
  8. Ketika sistem negarara bangsa berkembang di era modern, masyarakat Asia Tenggara masih mempertahankan kepercayaan pemujaan terhadap leluhur dan kekuatan kesuburan tanah, politik bercorak kosmo-drama, ekonomi yang terbagi dalam kawasan persawahan, sungai, dan pesisir, serta sistem sosial cognatic yang meletakkan garis keturunan ayah dan ibu secara setara, serta keberadaan masyarakat suku non-negara (non-state people).
  9. Bahkan ketika terbentuk Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang semakin banyak diapresiasi karena mampu menjaga stabilitas politik, dan dengannya kesejahteraan ekonomi, nilai-nilai yang dikenal sebagai "Jalan ASEAN" yaitu non-intervensi dan musyawarah-mufakat merupakan nilai-nilai tradisional masyarakat Asia Tenggara yang akarnya dapat dilacak dari tradisi masyarakat Asia Tenggara paling kuno.
  10. Asia Tenggara, dengan demikian, bukan hanya sebuah kawasan melainkan sebuah peradaban yang utuh dan otentik.
ENG EN ID ID